Kamis, 16 Oktober 2014

Lawatan ke Negeri Tetangga Part 2: About UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia)

Kamis di pekan ketiga kegiatan student and lecture exchange FH UB ke FUU UKM, Malaysia. Hari ini adalah hari terakhir kami dapat mengikuti kelas di undergraduate level (Strata-1). Pasalnya, pekan depan adalah pekan terakhir kami di Malaysia sekaligus pekan cuti (semacam pekan sunyi sebelum menempuh ujian) bagi mahasiswa undergraduate. Selama tiga pekan beraktivitas di FUU UKM, mungkin ada beberapa cerita atau pengalaman yang bisa saya bagikan melalui blog ini. Semoga bisa menjadi secuil pelajaran.

Generally, yang bisa saya katakan tentang kampus UKM adalah bahwa kampus ini merupakan kampus dengan luas wilayah yang lumayan luas. Saya belum tahu persis berapa luasnya, tapi jika dibandingkan, ini sekitar 10-12 kalinya luas kampus saya. UKM berdiri di atas bentukan geografis yang berbukit dan masih banyak kawasan hijau seperti hutan-hutan kecil di dalamnya.

About the transportation...
Kami tinggal di Kompleks Hentian (baca: terminal) Kajang. Untuk bisa sampai di Fakulti Undang-Undang UKM menggunakan angkutan umum, kami harus menunggu bis Rapid KL T430 jurusan UKM Bangi-Kajang. Bis ini adalah bis yang tersedia di hentian Kajang setiap 45 menit sekali. Bis ini mengitari hampir seluruh pos-pos utama di dalam UKM. 

FUU terletak di lingkungan kampus 2. Ia terletak di bagian paling ujung dan di daerah berbukit. Jadi bis umum RapidKL tidak sampai kesana. Untuk menuju FUU, kami harus turun di perhentian tertentu (biasanya di Fakulti Kejuruteraan dan Alam Bina/Fakultas Teknik) untuk menunggu bis Zon 3U, satu-satunya jurusan bus yang lewat di FUU. Untuk kesana, kami melewati kawasan Hutan (saya lupa nama kawasannya), semacam hutan yang dipelihara untuk kehijauan UKM.

Untuk pulang dari FUU UKM juga menggunakan Zon 3U dilanjutkan dengan RapidKL. Selama disini, saya beberapa kali salah perkiraan tentang jadwal lewat RapidKL (yang 45 menit sekali) sehingga harus berlama-lama menunggu di Halte. Beberapa hari yang lalu sebelum tulisan dibuat, seorang Ibu yang merupakan karyawan di FUU UKM memberi tahu saya alternatif yang lain agar tidak menunggu lama. Kami bisa menunggu bas mini yang lewat di depan UKM, dari FUU kami bisa ikut dengan bis Zon 3U hingga ke depan DK (semacam kantor rektorat yang ada di pinggir jalan raya), kami harus menyeberang jalan dan menunggu bas mini disana.

Kesan Pertama...
Senin, 29 September 2014 adalah hari pertama saya mengunjungi UKM, tepatnya di Fakulti Undang-Undang. Ketika kami sampai di FUU UKM, suasananyaa seperti sedang liburan. Suasananya begitu lengang dan tenang. Tidak ada mahasiswa yang keliaran atau nongkrong mengobrol di tempat-tempat duduk yang tersedia. Selama beberapa hari ke FUU UKM, baru saya mendapati ada waktu-waktu tertentu ketika ada mahasiswa-mahasiswi yang duduk mengobrol dan berdiskusi, yaitu ketika menunggu kelas lecturer maupun tutorial. Mahasiswa lebih senang menghabiskan waktunya di perpustakaan.

Sistem Belajar...
Jumlah mahasiswa di FUU UKM tidak banyak. Satu angkatan setiap tahunnya hanya terdiri dari 100-120 orang mahasiswa. Hal ini memudahkan pihak fakulti untuk memberlakukan sistem lecturer dan tutorial. Lecturer adalah agenda perkuliahan ketika pensyarah (baca: dosen) memberikan materi dengan metode ceramah dan sejenisnya kepada seluruh mahasiswa dalam satu angkatan. Sedangkan tutorial adalah agenda perkuliahan dengan aktivitas diskusi kelompok kecil yang dibimbing oleh satu pensyarah. Satu kelompok tutorial terdiri dari 10-15 mahasiswa.

Lain-lain...
Selama berinteraksi dengan mahasiswa FUU UKM, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman. Salah satu yang sangat saya ingat adalah pertanyaan tentang usia. Ada beberapa yang bertanya tentang umur saya. Ketika saya menjawab 20 tahun, mereka kemudian bertanya, “dah kawin kah? Kite orang dengar rang Indonesia ramai yang dah kawin umur 20” (sudah menikah? Kami dengar orang Indonesia banyak yang sudah menikah umur 20). Entah bagaimana menjelaskannya, dan entah darimana mereka mendapatkan berita itu, hehe. Industri hiburan Indonesia yang merambah tanah Malaysia, khususnya sinetron dan lagu-lagunya, serta tempat-tempat wisata di Indonesia juga menjadi topik yang kami bicarakan dengan mahasiswwa FUU UKM.
Disini saya juga belajar banyak istilah baru dalam bahasa Malay. Keidentikkan bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia menjadi salah satu hal yang memudahkan saya dalam berkomunikasi dengan orang Malaysia. Tapi dalam waktu tertentu, kami harus menggunakan bahasa Inggris untuk menyamakan pengertian atau menjelaskan apa yang kami maksud.

Masih banyak hal yang saya alami selama hampir 3 pekan disini, semoga saya masih berkesempatan untuk membagikannya melalui blog ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar