Minggu, 15 Desember 2013

Karena gerak adalah sebuah keharusan

Karena bergerak adalah sebuah keharusan. Dimulai dari hal yang kecil dan sederhana dalam aktivitas sehari-hari, semua dilakukan dengan sebuah gerak. Semua komponen dalam sistem tubuh pun bergerak. Denyut jantung, aliran darah dan semuanya. Semuanya bergerak.

Karena bergerak adalah sebuah keharusan. Maka untuk melakukan sesuatu, haruslah ada gerak. Beranjak pada hal yang lebih kompleks pengertiannya. Bahwa bergerak tidak saja dengan gerak fisik, seperti melambaikan tangan, menulis, berjalan, dan berkedip. Sungguh bukan hanya itu. Manusia dituntut untuk bergerak, menggerakkan anggota badan dan teristimewa menggerakkan hatinya untuk peka terhadap dinamika di sekitarnya.

Karena bergerak adalah sebuah keharusan. Maka ketika seseorang sudah memahami dengan hati dan akalnya bahwa dinamika di sekitarnya membutuhkan kerja-kerja perbaikan, ia harus segera bergerak. Menggerakkan hatinya untuk selalu memahami, kemudian dengan niat dan tekad, tergeraklah anggota badannya untuk melakukan perbaikan.

Karena bergerak adalah sebuah keharusan. Manusia yang telah menggerakkan hati dan anggota badannya untuk memulai sebuah perbaikan, kahirnya mempunyai tugas mulia untuk menginspirasi, menyebarkan semangat bergeraknya dan mendengar serta merealisasikan aspirasi orang-orang di sekitarnya.

Kamis, 24 Oktober 2013

#jogja #LKTIM #adventure

Maka berjalanlah, jika kau jeli, akan kau temukan betapa nikmat itu terhampar, pelajaran itu tersebar. Bahkan sebutir pasir sekalipun, akan bercerita padamu. Tentang betapa Allah menunjukkan kasih sayang-Nya. Tentang betapa kita perlu sekali bersyukur atas segalanya,. Pun dengan tantangan dan kegelisahan hati yang kerap menghampiri diri. Kali ini, sedikit ku berkisah kesempatan yang diberi oleh Allah untuk kembali menapaki bagian bumi-Nya yang lain. 

Kenapa judulnya penuh pagar-pagar seperti itu? Itu karena saya bingung mau diberi judul apa postingan ini. Kali ini tentang perjalanan ke Jogja yang saya lakukan bersama trio bungsu dan satu orang senior sebagai official untuk mengikuti sesi presentasi LKTIM di Teknik Geodesi UGM, Jogjakarta. 

Kenapa di teknik Geodesi? Berawal dari iseng-iseng mencari info tentang karya tulis yang sekiranya dapat diikuti oleh GRANDIS (Judul karya tulis yang sudah lebih dari satu kali diikutsertakan dalam seleksi naskah berbagai lomba KTI, tapi tak kunjung berkesempatan untuk presentasi), akhirnya kami menemukan info ada lomba karya tulis tentang lingkungan yang subtemanya "nyambung" dengan isi dari GRANDIS dan teknik geodesi UGM yang menyelenggarakan. Pada h-1 batas akhir pengumpulan hard copy naskah, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti lomba ini di akhir September 2013. Menunggu pengumuman yang sempat diundur, akhirnya pada hari minggu, 13 Oktober 2013, saya iseng membuka website panitia LKTIM, dan Alhamdulillah GRANDIS massuk menjadi salah satu finalis presentasi. :) 

Segala sesuatu dipersiapkan untuk mengikuti presentasi dalam waktu kurang dari 1 minggu.  Slide presentasi, proposal yang masuk di kemahasiswaan h-1 sebelum keberangkatan (alhamdulillah di acc), tools yang dibuat beberapa jam sebelum menuju jogja, persiapan mental dan beberapa kali mengalami pergolakan emosi #ciyeh serta latihan presentasi beberapa jam sebelum tampil. Sempat kewalahan juga mencari pengganti official pertama yang mendadak bilang tidak bisa berangkat :p.
(versi lainnya dari cerita ke jogja, oleh Nur Hadiyati disini)

Kamis malam, 17 Oktober 2013, perjalanan dimulai dari FH UB tercinta menuju terminal Arjosari untuk selanjutnya naik bis ke Bungurasih. Kami diantar oleh bapak dan anak angkat (K'ganjar dan Djairan), menunggui angkot ADL yang agak lama juga lewatnya karena sudah hampir larut dan menjadi penumpang angkot yang paling berisik sepanjang perjalanan. Di terminal Arjosari, official kami (yang ini fix berangkat :D), k' Fadrian sudah menunggu, karena beliau nyampe duluan (naek motor dibonceng temennya). Sekitar pukul 22.00, bis kami berangkat menuju Bungurasih, masih banyak tenaga yang tersimpan, alhasil berisiklah kami bertiga. Sesampainya di terminal di Surabaya, ternyata kami ditunggui oleh orangtua Emir, dan kami diantarkan menuju tempat bus selanjutnya menuju Jogja (kalo ga diantar, mungkin kami sempat pusing dulu :D).

Perjalanan panjang menuju Jogja. 18 Oktober 2013, sekitar pukul 07.00 kami sampai di Terminal Giwangan, Jogjakarta dan mulai sibuk menelepon orangtua, dan mencari tempat berteduh sejenak sebelum mencari penginapan. Setelah naik trans Jogja dan berpisah dengan kakak official di pemberhentian terakhir sebelum turun, akhirnya sampailah kami di kos adik kelas saya di IC, Amsa Nadzifah. Sedikit merepotkan Amsa, karena dia harus menjemput kami ke tempat yang paling mudah untuk ditemukan, Bundaran UGM, yang jaraknya lumayan jauh dari kosnya, dan ternyata anak ini ada kuliah. Karena tuan rumah kuliah, maka tersisalah kami bertiga trio bungsu di kamar kos Amsa, dan waktu itu tidak kami sia-siakan, kami langsung terlelap balas dendam karena pegal sisa duduk di kereta semalaman. Rencana untuk makan pagi, cari hotel, presentasi dan bersih-bersih diri semua gagal dilaksanakan.

Sekitar pukul 14.00, kami memilih penginapan di dekat kos Amsa. Memilih satu kamar dengan satu ranjang, memesan extra-bed, membongkar kerangka ranjang agar dua kasur bisa diletakkan bersisian di lantai kamar, harus berdesak-desakkan dengan barang-barang yang seperti mau kabur ke luar negeri padahal ke Jogjanya ga lebih dari 4 hari -__-". Bisa dibayangkan sendiri bagaimana kondisi tempat menginap kami di Jogja.

Belum sempat latihan presentasi atau menyiapkan tools, jam sudah menunjukkan waktu mendekati technical meeting presentasi. Sambil menunggu jemputan panitia (karena akan beresiko tersesat jika nekad berangkat sendiri), kami mampir makan di depan SMP 1 Jogja, dan numpang sholat di SMP 1 nya. Selama TM, kami menjadi delegasi paling diam karena tidak bertanya sedikitpun, namun ternyata kami balas dendam di hari-H, menjadi delegasi paling bawel kayak pembantu baru :D.

Setelah TM, mendekati maghrib, kami bertemu dengan senior dari FH yang melanjutkan pendidikan di UGM, K' Rendy Ivaniar bersama kakak official, K' Fadrian. Kami sholat maghrib di masjid FT UGM, lalu jalan menuju tempat makan. Obrolan panjang ketika makan dan beberapa aksi aneh senior membuat kami lama keluar dari tempat makan itu, dan lagi-lagi menjadi pengunjung terberisik disana. Kami pulang menuju penginapan, diawali dengan diskusi panjang mengenai cara pulang bocah-bocah berisik ini berhubung trans Jogja sudah tidak beroperasi, akhirnya k'rendy meminjamkan motornya agar kita bisa pulang, sedangkan senior-senior akan menunggu dengan setia hingga motor dikembalikan. Berbekal ingatan ketika jalan ke teknik geodesi sebelum TM dan bermodal nekat, kami bertiga (saya emir, dan yati), cenglu menuju hotel. Ketika sedang mencoba mengingat jalan, ternyata ban motor bagian depan gembos di hampir setengah perjalanan, dan ternyata kita salah jalan. Akhirnya duo senior  harus jalan lagi menyusul kami. Saya sempat menelepon kawan IC yang kuliah di Jogja, Alif,  untuk minta tolong, dan dia sempat datang juga ke "lokasi kegembosan ban". Untuk kesekian kalinya merepotkan senior, akhirnya motor gembos itu dibawa ke tambal ban, dan kita diteleponkan taksi. Lumayan melelahkan juga, rasanya ingin langsung tidur sesampainya di hotel. Tapi apa mau dikata, tools  belum beres dan belum latihan presentasi untuk besok. Akhirnya malam itu, kita tidur diatas jam 12, walaupun banyak senior yang udah bilang segera istirahat.

19 Oktober 2013, Hari H presentasi. Kami bangun lebih lambat dari rencana awal, tapi alhamdulillah tidak sampai telat. Aktivitas kami pagi itu, bukan latihan presentasi, tapi malah membereskan kembali kerangka tempat tidur yang sempat kami bongkar, dan membereskan kembali kamar penginapan. Kami baru bisa latihan di ruangan presentasi dengan volume suara diperkecil bahkan lebih terkesan bisik-bisik kayak ibu-ibu lagi gosip :p. Kami dapat nomor urut tampil 4. Peserta dengan nomor urut tampil 2 tidak bisa hadir tepat waktu, sehingga urutan tampil dimajukan, dan kami mendapat nomor urut tampil 3. Selama presentasi urutan 1 dan 2, berbagai aktivitas kami lakukan kecuali mengkritisi presentasi delegasi lain, karena kami tidak mengerti apa yang dibicarakan. Aktivitas mulai dari mendengarkan lagu, al-matsuratan, mencari ayat-ayat alQuran yang bisa menenangkan hati, menghubungi orang-orang terdekat untuk menghilangkan rasa gugup, sampai bermain-main dengan tools boneka jari.

Tibalah saat kami dipanggil untuk presentasi. Dengan persiapan yang menurut saya tidak terlalu matang, dengan wayang jari yang seadanya, kami mempresentasikan karya tulis GRANDIS. Sempat dibilang anggota charlie's angels dan cherrybelle oleh jurinya -__-. Saat presentasi kami, peserta yang harusnya diberikan waktu untuk bertanya kepada kelompok kami akhirnya tidak satupun bisa bertanya karena waktu tanya jawab digunakan semua oleh juri. Setelah presentasi, yang kami pikirkan adalah kapan bisa keluar dari lokasi presentasi, dan bisa jalan-jalan ke Malioboro, berhubung ada beberapa pesanan orang rumah yang harus segera dibeli :).

Lumayan lama mengikuti presentasi dari teman-teman yang lain hingga sampai ke kelompok 10. Selang satu jam dari presentasi terakhir, akhirnya diumumkanlah pemenang LKTIM KMTG UGM 2013. Dan.... Alhamdulillah kami diberi penghargaan sebagai terbaik kedua dalam kompetisi ini. Saat pengumuman terbaik ketiga yang ternyata bukan kelompok kami, rasanya ingin saja cepat meninggalkan ruang presentasi, karena hampir mustahil kami bisa menyabet peringkat kedua apalagi peringkat pertama.

(sebenarnya masih ada banyak cerita tentang perjalanan ke jogja, tapi masih susah dirangkaikan kata. Supaya masih fresh, masih dekat dengan momentnya, catatan ini saya cukupkan dulu nanti direvisi haha)


Minggu, 06 Oktober 2013

CLFest 2013

Setelah lama tidak berbagi cerita di blog ini (bahkan untuk menuliskan cerita ketika milad ataupun cerita singkat liburan pun saya belum sempat :D), akhirnya sempat juga untuk menuliskan sebuah pengalaman baru, sebuah pengalaman yang saya dapatkan dari sebuah kepanitiaan, CLFest 2013...

Berawal dari publikasi melalui akun jejaring sosial dan poster-poster yang ditempelkan di mading fakultas tentang open recruitment panitia Constitutional Law Festival 2013, sebuah event yang dilaksanakan oleh LO yang saya menjadi anggota didalamnya, FKPH FH UB. Saya pun tertarik untuk menjadi bagian dalam kepanitiaan CLFest 2013 (walaupun sebenarnya belum paham benar akan ada apa saja dalam event ini), selama mengikuti oprec, yang saya tandai adalah divisi kesekretariatan jadi tidak begitu peduli dengan bentuk kegiatannya :D. Bisa ditebak, pilihan pertama saya dalam kepanitiaan adalah divisi kesekretariatan, lalu di pilihan kedua saya mencoba memilih divisi acara yang entah karena apa, saya merasa lebih sreg di divisi acara FJI (sebelum menjadi KAI). Tak berapa lama, akhirnya saya mengembalikan formulir pendaftaran dan melakukan wawancara dengan kakak-kakak dari BPH FKPH.

Selang beberapa waktu dari seleksi wawancara, saya mendapat pesan jarkom untuk menghadiri Rapat Besar Perdana CLFest 2013 di lapangan rektorat UB, pada hari Ahad, di pekan terakhir bulan Juni, pukul 10.00, dan saat itu saya tidak datang tepat waktu, saya datang satu setengah jam dari jadwal seharusnya, sampai-sampai saya dihubungi berkali-kali oleh beberapa orang. Sesampainya di lapangan rektorat, teman-teman sudah berkumpul dengan divisi masing-masing. Saya yang tidak tahu harus berkumpul dengan divisi apa (karena terlambat), akhirnya dipanggil untuk bergabung di salah satu forum divisi, dan saat itulah saya baru tahu, saya diberi amanah lain (bukan di kestari, tetapi di div. acara), menjadi koordinator divisi. Tidak ada yang memberi tahu saya secara personal, saya tahu ketika Luciana Sitorus (orang pertama yang saya sebutkan dalam postingan ini haha), memanggil saya "bu kodiv, bu kodiv" -__-. Ini diluar perkiraan saya, sama sekali. Terlebih ketika melihat daftar nama teman-teman yang akan bekerja sama dengan saya, ada satu senior disana, k' Rachmad Hadjarati (orang kedua yang saya sebut), bersama M. Fikri Alan, Afif Azhar, Luciana Sitorus, dan Alifah. Ini menjadi pengalaman pertama saya mengkoordinasi teman-teman dan pertama kalinya menjadi divisi acara, dan acaranya adalah artikel ilmiah yang mungkin akan sedikit berbeda dari ketentuan karya tulis pada umumnya. Saya ragu apakah saya akan sanggup atau tidak dengan tugas ini.

Segala sesuatunya  mulai dipersiapkan, jika diceritakan setiap detil persiapannya, akan menjadi sangat panjanglah postingan ini. Kadang ada kekhawatiran, ada semangat, ada rasa malas, ada waktunya tubuh merengek-rengek minta istirahat, ada waktunya ketika beban yang ditanggung lebih berat dari orang-orang di sekitar, merasa susah sendiri, dan ada masanya ketika merasa diri harus bersyukur dengan segala kesempatan yang sudah diberikan.

Persiapan dan kebersamaan dengan teman-teman selama kurang dari 4 bulan memberikan arti tersendiri buat saya. Banyak sekali pelajaran yang mereka berikan pada saya. BPH, SC dosen, SC mahasiswa, OC, juri presentasi, juri naskah, delegasi, dan banyak pihak lainnya yang sangat membantu saya. 

SC Dosen, terima kasih atas bimbingannya, berbagai pertimbangannya terkait konsep dan tema besar kegiatan. Terima kasih atas arahannya Pak Jazim, Bu Riana, Bu Indah, dan Pak Dahlan.

Juri Naskah. Terima kasih saya ucapkan kepada Bu Dhia, Bu Riana, dan Pak mustofa Lutfi atas kesediaannya mengapresiasi dan memberikan penilaian terhadap karya teman-teman delegasi.

Juri Presentasi. Terima kasih saya ucapkan pada Pak Jazim Hamidi, Pak Fadli, dan Pak Imam, yang begitu antusias mengapresiasi teman-teman dalam presentasi dan naskahnya, serta memberikan saran dan kritik konstruktif kepada teman-teman delegasi. Panitia juga banyak mengambil pelajaran dari sesi tanya jawab yang dilakukan dengan dewan juri :D.

BPH FKPH dan SC CLFest 2013. Terima kasih untuk kakak-kakak, dan mbak-mbak dari FKPH atas arahannya, atas bantuannya. Terima kasih atas kesabarannya menghadapi dan membantu saya :'). 

OC. Terima kasih banyak kepada seluruh panitia, Kak Kapel, wakapel, sekretaris, bendahara, dan seluruh divisi-divisi. Divisi acara KKMHI, yang berkoordinasi dan gencar berburu delegasi bareng KAI :D. Divisi acara Semnas, yang saat closing bersedia ngumumin pemenang KAI hehe. Kepada Divisi perlengkapan, yang dari awal selalu direpotkan dengan perlengkapan yang agak aneh-aneh. Divisi konsumsi yang selalu menjamin perbaikan gizi seluruh panitia. Divisi transko yang bersedia direpotkan terkait akomodasi para delegasi. Divisi humlo yang setia berkoordinasi dengan delegasi sebelum dan selama rangkaian acara. Divisi PDD yang selalu bersedia mengabadikan momen-momen dalam kepanitiaan ini, mendesain segala sesuatunya, makasih banyak video dan desain-desainnya untuk KAI. Divisi kesekretariatan yang menyediakan surat permohonan juri, surat peminjaman tempat, surat dispen panitia, presensi peserta dll. divisi apa lagi yaaa?  semoga semua sudah tersebutkan semua. 

Terkhusus kepada divisi acara KAI. Luci, k' Rachmad, Alan, Azhar, dan Ifah. Terima kasih banyak atas bantuan dan kontribusinya. Terima kasih sudah bersedia menjadi PJ banyak tugas. Terima kasih atas berbagai pelajaran yang kalian berikan kepada saya selama kepanitiaan ini

Delegasi. Terima kasih atas partisipasinya dimulai dari pendaftaran, pengiriman hardcopy naskah, nunggu pengumuman finalis, dan dihubungi bolak-balik oleh CP KAI dan LO masing-masing. Selamat bagi para pemenang KAI, dan semuanya, selamat berjumpa di kesempatan dan event selanjutnya. Kami menunggu undangan dari teman-teman delegasi hehe.

Pihak-pihak lain: Laskar Mayor, yang selama beberapa bulan ini selalu menjadi penguat saya, dan menyemangati saya. Terima kasih banyak, semoga selalu seperti ini, saling mengingatkan dan menguatkan :D. Dan tentunya yang tidak pernah saya lupakan adalah Mama dan keluarga saya yang saya tinggal-tinggal, terutama ketika hari H presentasi, ketika mama saya berada di malang dan saya tidak bisa fokus untuk berbirul walidain. Tetapi semoga semua ada hikmahnya.

Postingan ini berasa seperti sedang mendapat penghargaan apa yaaa, semacam dipenuhi ucapan terima kasih. Tapi memang itulah yang saya rasakan, saya merasa sangat perlu berterima kasih atas semua pihak yang membantu saya belajar, tidak saja belajar dalam ranah akademik. Tetapi belajar banyak hal. Belajar bagaimana berkoordinasi dengan penanggung jawab kegiatan, belajar bagaimana menyatukan berbagai pendapat agar menghasilkan sebuah solusi yang bisa mewakili semua pendapat. Belajar membagikan amanah yang sesuai dengan seseorang. Belajar membuat semua pihak merasa nyaman dengan kehadiran kita. Belajar peka terhadap situasi di sekitar agar tak salah bertindak. Belajar untuk tidak buru-buru dan memikirkan manfaat serta resiko ketika memutuskan sesuatu. Belajar untuk tidak buru-buru melisankan kekecewaan karena bisa jadi kita tidak tahu duduk permasalahannya tapi memutuskan untuk berburuk sangka. Belajar untuk menyaring informasi. Belajar untuk memahami orang lain. Belajar untuk berkomunikasi dengan banyak pihak baru. Belajar membahasakan informasi dengan baik. Dan belajar hal lainnya, begitu banyak.
(Karena masih menunggu file dokumentasi dari PDD, saya belum menyertakan foto-foto selama di CLFest 2013, coming soon)







Senin, 05 Agustus 2013

Tumbilotohe, tuntul, malam pasang lampu :)

Awal agustus, memasuki minggu terakhir di bulan ramadhan.

Khusus di daerah gorontalo dan sebagian wilayah sulawesi utara bagian timur, terdapat tradisi yang biasa dilakukan di 3 malam sebelum lebaran hingga malam takbiran. Tradisi tersebut bernama "Tumbilotohe" di Gorontalo, sedangkan di daerah Sulawesi Utara khususnya di Kotamobagu dan sekitarnya, masyarakat menyebutnya Tuntul atau Monuntul. Apakah tradisi tumbilotohe dan tuntul ini?

Tumbilotohe adalah tradisi yang berasal dari gorontalo, berasal dari kata tumbilo yang berarti pasang dan tohe yang berarti lampu, yaitu tradisi memasang lampu di sepanjang jalan dan di lapangan-lapangan. Lampu yang dipasang terbuat dari bekas botol minuman penambah stamina yang diisi dengan minyak tanah dan tutup botolnya diselipkan sumbu kompor secukupnya untuk menyalakan api kecil sebagai lampu, masyarakat menyebutnya lampu botol.
Model lampu botol 
Tidak hanya di sepanjang jalan, warga juga memasang lampu-lampu botol di depan rumah minimal sesuai jumlah anggota keluarga di rumah tersebut. Semarak tumbilotohe dan tuntul semakin terasa dengan lampu-lampu hias berwarna-warni yang ditambahkan di pinggir jalan.

Tumbilotohe selalu menjadi event yang ditunggu-tunggu masyarakat karena pada saat itu, gorontalo akan sangat indah di malam hari karena temaram ribuan lampu botol yang dipasang. Setiap tahunnya, akan diselenggarakan ajang dekorasi lampu botol antar wilayah administrasi. 


Rabu, 31 Juli 2013

Mudik 2013 (edisi: sekolah)

Alhamdulillah masih berkesempatan untuk mudik tahun ini, dan masih berkesempatan pula untuk menambah entri di blog ini :D...

Berkesempatan untuk mengunjungi kota tempat langkah kaki mungil pernah berjejak, Kota Kotamobagu, membuat memori berlalu lalang. Mengingat-ingat masa kecil yang dihabiskan di kota itu. Sejak lahir hingga SMP, waktuku banyak dihabiskan dengan beraktivitas di tempat itu. Akhir bulan Juli ini, ketika berkunjung kembali, di atas bentor yang melaju, tetiba terpikirkan fase-fase sekolah yang pernah saya lalui berikut dengan kebiasaan dan ciri khasnya (berdasarkan yang saya alami, mungkin saja ada hal-hal serupa yang pernah dialami teman-teman) :) 

TK...
Karena di zaman saya belum ada yang namanya Play Group, maka sekolah formal saya dimulai di TK. Walaupun sebelum masuk TK, saya sudah diajari banyak hal termasuk membaca di rumah oleh kedua orangtua dan kakak-kakak saya. Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya sangat saya rasakan ketika kecil. Sebelum masuk di TK, saya sudah disuguhi tayangan berita dalam bahasa Inggris yang ketika nama programnya adalah "English Day" dan bacaan dalam bentuk koran :)

Waktu taman kanak-kanak itu....
1. Ada ayunan, jungkat-jungkit dan perosotan (sepertinya wajib ada di semua TK), 
2. Ustadz Ustadzah yang menajdi guru di kelas dan guru ngaji di masjid
3. Kursi dan meja berukuran mini
4. Kapur tulis warna-warni
5. Langit-langit ruangan yang penuh gantungan dari kertas dan benang wol
6. Tempat bekal makanan dan botol minum dengan berbagai bentuk
7. Tas ransel yang di bagian bawahnya ada roda, jadi bisa diseret-seret kayak koper.
8. Sebatang kayu atau bambu yang kira-kira bisa menimbulkan bunyi yang cukup keras bila dipukulkan ke meja (untuk menggertak murid yang nakal)
9. Ada rombongan atau kelompok ibu-ibu yang berjaga di depan pintu atau membuka obrolan ringan di tempat-tempat yang teduh di sekitar gedung TK :D

SD...
Pada jenjang sekolah ini, masih ada beberapa yang sama dengan TK, seperti tas koper-koperan, tempat makan dan botol minum dan tentu saja sebatang kayu yang lebih tebal dan panjang untuk menggertak murid...
Di SD itu...
1. Rapornya warna merah
2. Di halaman sekolah atau lapangan upacara setiap istirahat ada berbagai aktivitas, bermain lompat tali, "pak pak dusu", main sepak bola, dll.
3. Ada berbagai macam snack yang di jual di kantin
4. Mulai jadi petugas upacara setiap hari senin
5. Ada dokter kecil
6. Zamannya lomba cerdas cermat mata pelajaran
7. Kalo kelasnya ga cukup, ada yang sekolah siang, gantian sama anak kelas satu yang sekolahnya cuma sampe jam 10
8. Masih banyak lagi, yang nanti akan ditambahkan kalo sudah ingat
9. Hari sabtu pake baju coklat-coklat (baca: pramuka)
10. Pelajarannya masih IPA sama IPS

SMP...
Rata-rata (berlaku untuk sekolah negeri) seragamnya putih biru
1. Ada kegiatan baru yang disebut MOS dan Pra MOS. Kegiatan ini sering jadi ajang para senior untuk menunjukkan keseniorannya. 
2. Mulai diadakan organisasi-organisasi, OSIS, PMR, Pramuka makin aktif
3. Pelajaran mulai spesifik, IPA terbagi jadi fisika dan biologi. IPS jadi geografi, ekonomi, sejarah
4. Pas istirahat ga cuma ada permainan sepakbola, ada basket, voli, bulutangkis dll. (kalo lapangannya cuma satu, yah bagi-bagi lahan)
5. Kelompok-kelompok pertemanan makin menunjukkan identitas kelompoknya
6. Siswa/i dilengkapi dengan handphone sebagai kebutuhan hampir primer
7. Mulai ada kosakata baru "cie cie", "ehm", dan sejenisnya

Sabtu, 08 Juni 2013

Random post :o

Di beberapa momen, tinta pena ingin saja cepat merembes di atas kertas, membentuk rangkaian kalimat. Ide-ide meluncur bebas tanpa ampun. Sedetik, dua detik, tiga detik, dan detik-detik pertama, ide melesat jauh, wushhhh!. Tapi di kesempatan yang lain malah sebaliknya. Kelu, kaku, tinta pena beku, membuat diri mengumpat tanpa ampun dan mengutuk diri, mengapa bisa sekelu itu?

Lalu kemudian, ada pilihan, berpasrah kepada kedinamisan yang membingungkan ini, atau harus mencari pelumas biar tak pernah akan ada lagi kelu dan kaku, apalagi tinta yang beku. Maka, meski masih dalam sebuah kebingungan tentang pilihan itu, aku mencoba mencari jalan lain sekedar untuk membesarkan hati . Mungkin saja, di lain kesempatan, kata-kata ini akan terangkai menjadi satu tulisan utuh. Ketika ada ide yang berputar di kepala, berdesakkan menunggu terkatakan, maka saat itulah aku mulai menarikan pena. 
Memang belum pernah ada akhirnya, hanya penggalan-penggalan kalimat saja, dan ini diantaranya:

Sukma dan Resah
Setiap sukma manusia wajar resah, maka ketika kegelisahan menghampiri, itu bukan sesuatu yang buruk. Karena semua manusia nyaris mengalaminya setiap waktu secara bergantian, antara satu insan dengan insan lain. Bedanya adalah, bagaimana menyampaikan atau menumpahkan keresahan itu, apakah dengan cara-cara yang terlalu biasa, cenderung berlebihan atau mengemasnya dengan elegan dan penuh hikmah yang bisa dipetik orang lain?

Pelangi
Tabiat manusia, suka menyukai sesuatu dalam suatu rentang waktu. dan kali imi, mungkin saja aku sedang menyukai berkisah tentang alam yang setiap hari bersapaan denganku. Kali ini aku teringat percakapanku dengan pelangi beberapa waktu yang lalu...

Singkat ia berkisah yang intinya: Bahkan pelangi tak sadar ada warnanya yang sedikit memudar, tetapi bagi arak-arakan awan, pudar itu mengganggu.

Lalu bagaimana harusnya pelangi menyikapi memudarnya warna dan warninya? Apakah itu bagian dari kedinamisan yang diterima dengan tangan terbuka?Ataukah sesuatu yang harus buru-buru ditepis sebelum warna-warni pelangi berubah? Kalau begitu, bila konsisten harus jadi pilihan, masih bolehkah pelangi berusaha lebih elok dengan membuat dirinya lebih berwarna? Awan yang berarak, mentari, dan hey kalian semua, pelangi butuh jawaban kalian.

*postingan ini mungkin akan bertambah seiring waktu, bertambah seiring kedinamisan lain yang membuat tangan ini menarikan pena, bertambah seiring dengan ide yang berdesakkan, dan seiring penggalan-penggalan kalimat yang mengantri untuk jadi sebuah tulisan utuh 


Selasa, 04 Juni 2013

dan pagi ini, embun mengajariku :)

Bulan Juni, kusapa dengan sebuah postingan tentang embun. Pagi ini, aku teringat pada setitik embun. Dan pagi ini, ia mengajariku... :)

Pagi ini, embun yang sejenak singgah di dedaunan menyempatkan waktu berkisah tentang dirinya...

Belajar dari setetes embun, tentang sebuah penerimaan yang indah. Pagi ini dia ditakdirkan untuk menjadi setetes embun, disinari mentari, lalu menguap, itu yang ia alami pagi ini. Ia tak pernah berusaha untuk bertahan menjadi embun sepanjang hari, karena ia tahu ia akan sendirian...

Sebuah proses panjang dan sistematis mungkin akan dilaluinya, mengantarkannya pada sebuah takdir yang lain. Besok, mungkin ia akan berada di gelas-gelas, membasuh dahaga, 
atau... 
besoknya lagi mungkin ia akan ada di antara ribuan bulir air lainnya, menjadi penghantar seorang hamba yang rindu pada Rabbnya, penghantar seorang hamba untuk mengaduh dan berkeluh kesah pada Rabbnya, berwujud wudhu, membasuh raga dan hati si hamba.

Proses yang dilalui setetes embun tadi begitu panjang, sebuah penerimaan yang indah terpatri disana. Mungkin hari ini, ia punya impian untuk menjadi bagian dari wudhu yang membasuh seorang hamba, tapi untuknya disiapkan hari esok untuk itu. Maka tulus dan ikhlaslah embun ini menjalani perannya sebagai setetes embun yang harus teruapkan oleh mentari. Ia yakin, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya hari ini. Selalu ada penerimaan yang indah, sebuah keikhlasan, dan harapan hari esok. Bismillahirrahmanirrahim... hamasah :)

Jumat, 10 Mei 2013

Langit :)


Berawal dari iseng membuka folder foto dan melihat file-file di dalamnya, saya menemukan satu hal yang sepertinya menarik untuk di posting...

Sedikit berbagi cerita, semenjak dihadiahi kamera digital oleh Papa pada Januari 2010, saya jadi senang membingkai berbagai fenomena di sekitar saya. Saya selalu memotret pemandangan-pemandangan bagus, dan karena dari pertengahan 2009 hingga pertengahan 2012 hidup saya lebih banyak dijalani di Insan Cendekia Gorontalo, fenomena alam yang saya dapatkan adalah yang ada di sekitar ICG. 

Yang paling saya sukai adalah memotret langit ketika sedang berada di dalam atau di luar ruangan, ketika ada waktu luang di sore hari ketika mengantar loundry dan berbagai kesempatan lain. Dalam kondisi apapun, langit di Sulawesi selalu punya keindahan sendiri. Saya selalu mengagumi langit ini dan merindukannya, dengan birunya langit yang dihiasi berbagai bentuk awan, kau akan bebas berimajinasi melalui berbagai benntuk awan itu. Berikut beberapa hasil jepretan saya :)
MAN Insan Cendekia Gorontalo dari gerbang depan: Lapangan dan Gedung Administrasi


  
 
 
 
 
 


Latar langit di atas mesjid sama sekali tanpa di edit :)

Salah satu foto favorit saya: Langit dan Kantin ICG

Salah satu foto Pelangi yang terbingkai :)



Pelangi adalah fenomena yang wajib hadir selesai hujan menyuguhkan tariannya membuat lubang-lubang kecil di tanah gorontalo, fenomena bianglala ini sering kami abadikan, tetapi saya luput dari mengabadikan dua pelangi yang tersusun dan membentuk setengah lingkaran sempurna...






Bahkan dalam keadaan mendung sekalipun, langit ini tetap indah :)














Ini adalah potret langit di tempat yang berbeda, yaitu di daerah rumah saya di Desa Talaga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara. Langit ini tak kalah indah, sinar matahari sore menjelang senja yang menyemburat di antara awan.






Keindahan fenomena-fenomena alam yang kita nikmati sudah seharusnya menjadikan kita hamba yang bersyukur atas segala anugerah dan nikmat yang diberikan. Sungguh manusia tidak akan sanggup menghitung nikmat dari Allah.

                                                  وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl [16] : 18)


Kamis, 09 Mei 2013

Minor a.k.a ino-ino

Tidak bermaksud menyaingi Alfa-nya R*ditya D*ka, Morganissa-nya si Miko, atau cerita-cerita kucing yang melegenda lainnya. Saya hanya ingin mendeskripsikan sedikit tentang seekor makhluk yang beberapa bulan terakhir ini mengisi hari-hari saya di kontrakan.

Perkenalkan, seekor makhluk itu berwujud kucing bernama Minor. Kenapa namanya Minor? Jawaban ter-pasti yang dapat saya berikan adalah karena bapak dari kucing ini namanya Mayor. Untuk alasan lainnya dari nama Minor, saya kurang tahu :). 

Sedikit deskripsi tentang Minor:
1. Gendut
2. Bulunya Hitam Putih (nyaris aja direkrut buat jadi maskot acaranya Dedd* Corbuz*er)
3. Hidungnya warna pink
4. Kucing cowok bersuara cewek dan berhati lembut
5. Hobi: tidur

Untuk menjawab rasa penasaran dan deskripsi pelengkap dari sosok Ino-ino, saya juga mem-posting fotonya
Minor: Kucing melek teknologi :)
Ada satu peraturan di kontrakan yang berlaku bagi Minor: Kalo ingin bebas jalan kesana kemari harus berada di dalam rumah dengan kondisi pintu tertutup, dan kalo ingin menghirup udara segar di luar harus bersedia berada di kandang :)... Banyak sekali kejadian lucu dan tak terlupakan kalo bicara soal Minor. Kucing satu ini juga sangat lihai merepotkan orang. Dia dua kali menggunakan kesempatan untuk bermain-main diluar ketika pintu terbuka, dan dua kali pula keluar lewat jendela (ini menurut data saya, mungkin masih ada kesempatan lain yang tidak terdata). 

Satu kejadian unik antara saya dengan Minor, suatu ketika saya lupa menutup pintu kamar saya dengan kondisi jendela kamar terbuka. Minor yang mengetahui hal itu langsung bersiap untuk keluar melalui jendela. Dan saya yang sedang beraktifitas di ruangan lain coba mengecek lagi apa pintu kamar sudah tertutup atau belum. Saya mendapati Ino sudah berdiri manis di jendela, satu lompatan saja, dia berhasil main-main di luar (mungkin kontrakan ini terkesan jahat karena tidak memberi Minor kesempatan main-main di luar. Alasan hal itu dilakukan karena Minor butiran debu, dia suka lupa waktu dan tak tau arah jalan pulang, dan mengganggu kucing tetangga). Lanjut, saya yang panik dan bingung antara berlari memegangi minor atau diam saja agar minor tidak lompat. Mata saya dan mata Ino bertemu, saya seakan memohon dengan hati pada Minor, memintanya tidak keluar. Seakan memahami saya, Minor dengan muka innocent-nya diam saja di atas jendela. Akhirnya saya berhasil membujuknya untuk bermain di dalam rumah saja.
Ino-ino :)
Kucing cowok berpayung donatello
ga ada bantal, tas pun jadi
Minor: "tikus, aku pinjam kandangnya ya buat bobo'"
Tidur atau dance hula-hula?