Jumat, 10 Mei 2013

Langit :)


Berawal dari iseng membuka folder foto dan melihat file-file di dalamnya, saya menemukan satu hal yang sepertinya menarik untuk di posting...

Sedikit berbagi cerita, semenjak dihadiahi kamera digital oleh Papa pada Januari 2010, saya jadi senang membingkai berbagai fenomena di sekitar saya. Saya selalu memotret pemandangan-pemandangan bagus, dan karena dari pertengahan 2009 hingga pertengahan 2012 hidup saya lebih banyak dijalani di Insan Cendekia Gorontalo, fenomena alam yang saya dapatkan adalah yang ada di sekitar ICG. 

Yang paling saya sukai adalah memotret langit ketika sedang berada di dalam atau di luar ruangan, ketika ada waktu luang di sore hari ketika mengantar loundry dan berbagai kesempatan lain. Dalam kondisi apapun, langit di Sulawesi selalu punya keindahan sendiri. Saya selalu mengagumi langit ini dan merindukannya, dengan birunya langit yang dihiasi berbagai bentuk awan, kau akan bebas berimajinasi melalui berbagai benntuk awan itu. Berikut beberapa hasil jepretan saya :)
MAN Insan Cendekia Gorontalo dari gerbang depan: Lapangan dan Gedung Administrasi


  
 
 
 
 
 


Latar langit di atas mesjid sama sekali tanpa di edit :)

Salah satu foto favorit saya: Langit dan Kantin ICG

Salah satu foto Pelangi yang terbingkai :)



Pelangi adalah fenomena yang wajib hadir selesai hujan menyuguhkan tariannya membuat lubang-lubang kecil di tanah gorontalo, fenomena bianglala ini sering kami abadikan, tetapi saya luput dari mengabadikan dua pelangi yang tersusun dan membentuk setengah lingkaran sempurna...






Bahkan dalam keadaan mendung sekalipun, langit ini tetap indah :)














Ini adalah potret langit di tempat yang berbeda, yaitu di daerah rumah saya di Desa Talaga Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara. Langit ini tak kalah indah, sinar matahari sore menjelang senja yang menyemburat di antara awan.






Keindahan fenomena-fenomena alam yang kita nikmati sudah seharusnya menjadikan kita hamba yang bersyukur atas segala anugerah dan nikmat yang diberikan. Sungguh manusia tidak akan sanggup menghitung nikmat dari Allah.

                                                  وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl [16] : 18)


Kamis, 09 Mei 2013

Minor a.k.a ino-ino

Tidak bermaksud menyaingi Alfa-nya R*ditya D*ka, Morganissa-nya si Miko, atau cerita-cerita kucing yang melegenda lainnya. Saya hanya ingin mendeskripsikan sedikit tentang seekor makhluk yang beberapa bulan terakhir ini mengisi hari-hari saya di kontrakan.

Perkenalkan, seekor makhluk itu berwujud kucing bernama Minor. Kenapa namanya Minor? Jawaban ter-pasti yang dapat saya berikan adalah karena bapak dari kucing ini namanya Mayor. Untuk alasan lainnya dari nama Minor, saya kurang tahu :). 

Sedikit deskripsi tentang Minor:
1. Gendut
2. Bulunya Hitam Putih (nyaris aja direkrut buat jadi maskot acaranya Dedd* Corbuz*er)
3. Hidungnya warna pink
4. Kucing cowok bersuara cewek dan berhati lembut
5. Hobi: tidur

Untuk menjawab rasa penasaran dan deskripsi pelengkap dari sosok Ino-ino, saya juga mem-posting fotonya
Minor: Kucing melek teknologi :)
Ada satu peraturan di kontrakan yang berlaku bagi Minor: Kalo ingin bebas jalan kesana kemari harus berada di dalam rumah dengan kondisi pintu tertutup, dan kalo ingin menghirup udara segar di luar harus bersedia berada di kandang :)... Banyak sekali kejadian lucu dan tak terlupakan kalo bicara soal Minor. Kucing satu ini juga sangat lihai merepotkan orang. Dia dua kali menggunakan kesempatan untuk bermain-main diluar ketika pintu terbuka, dan dua kali pula keluar lewat jendela (ini menurut data saya, mungkin masih ada kesempatan lain yang tidak terdata). 

Satu kejadian unik antara saya dengan Minor, suatu ketika saya lupa menutup pintu kamar saya dengan kondisi jendela kamar terbuka. Minor yang mengetahui hal itu langsung bersiap untuk keluar melalui jendela. Dan saya yang sedang beraktifitas di ruangan lain coba mengecek lagi apa pintu kamar sudah tertutup atau belum. Saya mendapati Ino sudah berdiri manis di jendela, satu lompatan saja, dia berhasil main-main di luar (mungkin kontrakan ini terkesan jahat karena tidak memberi Minor kesempatan main-main di luar. Alasan hal itu dilakukan karena Minor butiran debu, dia suka lupa waktu dan tak tau arah jalan pulang, dan mengganggu kucing tetangga). Lanjut, saya yang panik dan bingung antara berlari memegangi minor atau diam saja agar minor tidak lompat. Mata saya dan mata Ino bertemu, saya seakan memohon dengan hati pada Minor, memintanya tidak keluar. Seakan memahami saya, Minor dengan muka innocent-nya diam saja di atas jendela. Akhirnya saya berhasil membujuknya untuk bermain di dalam rumah saja.
Ino-ino :)
Kucing cowok berpayung donatello
ga ada bantal, tas pun jadi
Minor: "tikus, aku pinjam kandangnya ya buat bobo'"
Tidur atau dance hula-hula?

Jumat, 03 Mei 2013

Trio Bungsu

Tak terasa, delapan bulan sudah saya menjadi mahasiswi. Selama jangka waktu tersebut, banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan, dan mendapat tempat sendiri-sendiri dalam memori saya.

Ada satu sisi kehidupan kampus saya yang ingin saya bagikan kisahnya melalui blog ini. Tentang orang-orang yang belakangan ini waktu saya hampir selalu saya lalui bersama mereka. Dua orang angkatan 2012, dan satu kakak tingkat angkatan 2010 :D... Untuk kali ini (dan kali-kali yang lain, saya akan banyak berkisah tentang dua orang maba 2012, takut pamali ngomongin orangtua (baca: 2010).

Sebenarnya agak berat juga mengatakan dua orang ini maba, beliau berdua ini sebenarnya adalah kakak tingkat setahun lebih tua dari saya, jadi dalam kisah ini, saya adalah yang termuda. Ajang PKM Dikti adalah awal perkenalan kami bertiga, ketika itu saya adalah maba yang tidak tau arah jalan pulang dan tidak berkoloni. Saya digabung dengan mereka dalam satu tim yang waktu itu kekurangan satu anggota. Akhirnya saya berkenalan dengan mereka.



Dan inilah "mereka" (tidak ada maksud diskriminasi dalam penyebutan nama terlebih dahulu, ini berdasarkan abjad :),  jadi ga usah berantem ya ukhtiiiiiii)... ini hanya sebagian kecil tentang mereka yang terlintas ketika saya memposting tulisan ini :)

Emir Athira

Biasa dipanggil Emir, Asli Malang, Lahir tanggal 5 Agustus 1993. Beliau adalah bu dokter kami, kalo salah satu di antara kami sakit, maka yang paling bawel adalah beliau ini. Tapi, giliran Emir sakit, kita juga diomeli, dan saya merasa ini sungguh sangat tidak adil. Karena hanya Emir yang asli Malang, maka kami sering numpang di rumahnya, dan yang paling sering adalah numpang makan hehe.
 
Tertarik dengan program-program pertukaran pelajar ke luar negeri dan sejenisnya. Alergi udang, dan beliau adalah partner saya dalam berbahasa 'anak kecil'. Semua hewan yang sering ditemuinya di berbagai tempat mendadak menjadi saudaranya, karena semua dipanggil "adek" olehnya. Sangat peka dengan masalah lingkungan. 

Sering menjadi koordinator kelas dan kegiatan lainnya, dan sempat 'frustasi' karena dipusingkan dengan proposal kegiatan PSDM, kementerian tempatnya berkontribusi di BEM FH UB.


Nur Hadiyati
Biasa dipanggil Yati, asal Batam, kelahiran 11 Juli 1994. Inilah debater MK 2013, foto yang saya pakai ini adalah foto ketika beliau mengikuti lomba debat tersebut. Orang yang paling bawel. Friendly, cepat 'nyambung' dengan orang yang baru dikenalnya. Maniak buku yang sering mengorbankan jatah makan bulanannya untuk membeli buku yang diinginkan. Darinya saya belajar untuk meng'hidup'kan blog. Suka kegiatan memotret dan tertarik dengan dunia jurnalistik.


Terlalu banyak yang harus diceritakan tentang mereka, sedikit saya ceritakan tentang momen-momen kami selama menjadi mahasiswi FH UB dan mengenal satu sama lain melalui gambar-gambar ini.




Bagaimana dengan kakak tingkat angkatan 2010 yang saya sebutkan diatas? Beliau banyak terlibat dan berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan kami. Beliau bernama Ganjar Prima Anggara, seorang tentor yang menyumbangkan nama untuk kami "Trio Bungsu". Mengenai nama tersebut, kami mendapatkannya ketika mengikuti kompetisi PKM Maba, dan kami bertiga baru menyadari bahwa kami semua anak bungsu di keluarga. Emir bungsu dari 2 bersaudara, Yati bungsu dari 3, dan saya bungsu dari 4 bersaudara.