Kamis, 16 Oktober 2014

Lawatan ke Negeri Tetangga Part 2: About UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia)

Kamis di pekan ketiga kegiatan student and lecture exchange FH UB ke FUU UKM, Malaysia. Hari ini adalah hari terakhir kami dapat mengikuti kelas di undergraduate level (Strata-1). Pasalnya, pekan depan adalah pekan terakhir kami di Malaysia sekaligus pekan cuti (semacam pekan sunyi sebelum menempuh ujian) bagi mahasiswa undergraduate. Selama tiga pekan beraktivitas di FUU UKM, mungkin ada beberapa cerita atau pengalaman yang bisa saya bagikan melalui blog ini. Semoga bisa menjadi secuil pelajaran.

Generally, yang bisa saya katakan tentang kampus UKM adalah bahwa kampus ini merupakan kampus dengan luas wilayah yang lumayan luas. Saya belum tahu persis berapa luasnya, tapi jika dibandingkan, ini sekitar 10-12 kalinya luas kampus saya. UKM berdiri di atas bentukan geografis yang berbukit dan masih banyak kawasan hijau seperti hutan-hutan kecil di dalamnya.

About the transportation...
Kami tinggal di Kompleks Hentian (baca: terminal) Kajang. Untuk bisa sampai di Fakulti Undang-Undang UKM menggunakan angkutan umum, kami harus menunggu bis Rapid KL T430 jurusan UKM Bangi-Kajang. Bis ini adalah bis yang tersedia di hentian Kajang setiap 45 menit sekali. Bis ini mengitari hampir seluruh pos-pos utama di dalam UKM. 

FUU terletak di lingkungan kampus 2. Ia terletak di bagian paling ujung dan di daerah berbukit. Jadi bis umum RapidKL tidak sampai kesana. Untuk menuju FUU, kami harus turun di perhentian tertentu (biasanya di Fakulti Kejuruteraan dan Alam Bina/Fakultas Teknik) untuk menunggu bis Zon 3U, satu-satunya jurusan bus yang lewat di FUU. Untuk kesana, kami melewati kawasan Hutan (saya lupa nama kawasannya), semacam hutan yang dipelihara untuk kehijauan UKM.

Untuk pulang dari FUU UKM juga menggunakan Zon 3U dilanjutkan dengan RapidKL. Selama disini, saya beberapa kali salah perkiraan tentang jadwal lewat RapidKL (yang 45 menit sekali) sehingga harus berlama-lama menunggu di Halte. Beberapa hari yang lalu sebelum tulisan dibuat, seorang Ibu yang merupakan karyawan di FUU UKM memberi tahu saya alternatif yang lain agar tidak menunggu lama. Kami bisa menunggu bas mini yang lewat di depan UKM, dari FUU kami bisa ikut dengan bis Zon 3U hingga ke depan DK (semacam kantor rektorat yang ada di pinggir jalan raya), kami harus menyeberang jalan dan menunggu bas mini disana.

Kesan Pertama...
Senin, 29 September 2014 adalah hari pertama saya mengunjungi UKM, tepatnya di Fakulti Undang-Undang. Ketika kami sampai di FUU UKM, suasananyaa seperti sedang liburan. Suasananya begitu lengang dan tenang. Tidak ada mahasiswa yang keliaran atau nongkrong mengobrol di tempat-tempat duduk yang tersedia. Selama beberapa hari ke FUU UKM, baru saya mendapati ada waktu-waktu tertentu ketika ada mahasiswa-mahasiswi yang duduk mengobrol dan berdiskusi, yaitu ketika menunggu kelas lecturer maupun tutorial. Mahasiswa lebih senang menghabiskan waktunya di perpustakaan.

Sistem Belajar...
Jumlah mahasiswa di FUU UKM tidak banyak. Satu angkatan setiap tahunnya hanya terdiri dari 100-120 orang mahasiswa. Hal ini memudahkan pihak fakulti untuk memberlakukan sistem lecturer dan tutorial. Lecturer adalah agenda perkuliahan ketika pensyarah (baca: dosen) memberikan materi dengan metode ceramah dan sejenisnya kepada seluruh mahasiswa dalam satu angkatan. Sedangkan tutorial adalah agenda perkuliahan dengan aktivitas diskusi kelompok kecil yang dibimbing oleh satu pensyarah. Satu kelompok tutorial terdiri dari 10-15 mahasiswa.

Lain-lain...
Selama berinteraksi dengan mahasiswa FUU UKM, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman. Salah satu yang sangat saya ingat adalah pertanyaan tentang usia. Ada beberapa yang bertanya tentang umur saya. Ketika saya menjawab 20 tahun, mereka kemudian bertanya, “dah kawin kah? Kite orang dengar rang Indonesia ramai yang dah kawin umur 20” (sudah menikah? Kami dengar orang Indonesia banyak yang sudah menikah umur 20). Entah bagaimana menjelaskannya, dan entah darimana mereka mendapatkan berita itu, hehe. Industri hiburan Indonesia yang merambah tanah Malaysia, khususnya sinetron dan lagu-lagunya, serta tempat-tempat wisata di Indonesia juga menjadi topik yang kami bicarakan dengan mahasiswwa FUU UKM.
Disini saya juga belajar banyak istilah baru dalam bahasa Malay. Keidentikkan bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia menjadi salah satu hal yang memudahkan saya dalam berkomunikasi dengan orang Malaysia. Tapi dalam waktu tertentu, kami harus menggunakan bahasa Inggris untuk menyamakan pengertian atau menjelaskan apa yang kami maksud.

Masih banyak hal yang saya alami selama hampir 3 pekan disini, semoga saya masih berkesempatan untuk membagikannya melalui blog ini. 

Rabu, 15 Oktober 2014

Random Post 3

Dengan apa aku harus memanggilmu? yang kemarin mengantarku ke depan pintu waktu. Aku terlalu asik mencoba memahami sang waktu, maaf jika lama menunggu.

Dengan apa aku harus memanggilmu? kali ini aku yang menunggu, karena satu motivasi sederhana, ingin melanjutkan pertemuanku dengan hal yang lain. Karena aku ingin sekali berbagi hikmah denganmu, tepat setelah aku bertemu banyak hal.

Lalu dengan apa aku harus memanggilmu? sambil menunggu jawabannya yang entah akan datang darimu atau yang lain, aku akan beri tahu satu hal. Lebih tepatnya sebuah tawaran dariku. Mungkin saja, ketika aku bertemu satu hal untuk menggali hikmah, bersamaan dengan itu aku telah menemukan jawaban dengan apa aku harus memanggilmu. Maka sambutlah panggilanku, wahai kau yang ketika aku ingin menemui waktu, kau hantarkan aku di depan pintunya.

Biarkan aku menemukan dengan apa aku harus memanggilmu, dan dengarlah ceritaku, terimalah hikmah yang mereka izinkan untuk kubawa pulang untukmu

Random Post 2

Tidak bermaksud sok bijak dengan mencoba membaca isi hati sang waktu. Aku manusia, mustahil terlibat percakapan dengan waktu. Begitupun dengan pelangi atau juga embun. Suara hati mereka (jika boleh aku menyebutnya begitu dan  boleh aku menyamakan mereka dengan kita manusia, yang katanya punya hati yang seringkali bersuara) terlalu halus untuk kita tangkap.

Kita sekarang main kata "anggap saja" atau "seandainya". Mungkin mencoba berbagi, seakan pernah bercakap-cakap dengan waktu, embun dan pelangi.

Mari kita mulai, mari hantarkan aku pada perjalananku bertemu banyak hal. Dan kau memilihkan aku sebuah pintu bertulis "waktu", aku mengetuk pintu itu, dari dalam ku dapati sang waktu tengah sendu, dia bercerita banyak hal, yang jika boleh kurangkum dan kubahasakan sendiri, ini juga sebagai pembelaanku terhadap waktu.

Tak perlu menggerutu pada waktu, ketika tiba saatnya, waktu juga akan mengantarkan kita pada kondisi terbaik. tentunya bukan hanya baik menurut kita, tapi tentu baik menurut sang Maha Baik. justru pantaslah kita menerima gerutu dari waktu, ketika kita menyia-nyiakannya, bukankah ia bersedih? andai saja waktu punya raut dan ekspresi, tentulah akan nampak oleh pelupuk mata raut lelah letih menantinya dihargai barang sedikit, walau sejenak, hanya sebentar.

Setelah merasa cukup, kusudahi percakapanku dengan waktu setelah mencoba menyampaikan isi hatinya tadi. Hujan yang tadi menemaniku bercerita tentang waktu juga sudah berhenti, menyisakan sedikit masa agar pelangi bisa melakukan pertunjukan warnanya. Aku menuju pelangi, bertanya.

kemudian tanyaku tertuju pada pelangi. Apa bosan ia menanti waktu dipergilirkan sehingga ia diperkenankan nampak. Adakah ingin ia muncul setiap waktu menggantikan mentari. Atau mungkin ia juga hendak menggantikan rembulan di malam hari?
Jawabnya sungguh sederhana, sesederhana ketika ia hadir karena terbias. Setelah hujan menyapa dengan lembut, pelangi datang tak kalah anggunnya. "Betapa aku bersyukur dengan setiap kesempatan yang diberikan sang Maha Indah, pemberi keindahan. Dengan begini, aku dirindukan para penanti warna-warni, para pecinta keindahan. Dan dengan begini, kuhantarkan mereka mengucap syukur pada Rabb mereka"

Perjalanan ku lanjutkan, menyempatkan diri bertemu setitik embun yang seiring siang menjelang, ia pun akan segera merelakan dirinya tak berwujud embun lagi...

dan untaian kata maaf pun diucapkan embun pada daun. "maaf, aku selalu menyamakanmu dengan daun yang telah terlanjur gugur karena tiba waktunya rapuh. ku hanya rindu ia, yang selalu memberiku ruang sebelum aku menetes jatuh ke tanah atau menguap karena mentari mulai menyengat. Mungkin ekspektasiku menginginkan kau seperti dia. Maaf... Namun tumbuhnya dirimu dan singgahnya aku, membuat semua terasa terulang kembali. aku menemukan kembali daunku, daun yang baik hati itu, daun yang permukaannya selalu ada untukku."

Perjalanan ini ku ingin teruskan, tapi sambil menunggu pertemuanku dengan yang lainnya, maka aku juga akan menunda waktu berbagi cerita ku denganmu tentang mereka. Tunggu saja, semoga waktu berbaik hatii mengantarkan kita pada masa itu. Ketika aku kembali dengan segudang hikmah, yang mereka izinkan untuk kubawa pulang untukmu.

Selasa, 07 Oktober 2014

Raye Kedue (Hari Raya Kedua)

Masih dalam suasana lebaran haji, karena masih masanya menjemur daging (Hari Tasyrik), kali ini saya akan berbagi sedikit cerita tentang hari raya kedua idul adha 1435 H. Seakan balas dendam karena tidak kemana-mana pada hari raya pertama, hari raya kedua kami habiskan di luar hotel dari pukul 10.30 hingga 21.00 waktu setempat.

Beberapa hari sebelumnya, teman kami dari FUU UKM, Haneefa mengirim pesan singkat. Isinya mengajak kami untuk ke rumahnya pada hari raya kedua. Akan ada syukuran di rumahnya, dia menyebutnya Majlis Tahlil. Kami menyambut ajakan itu dengan gembira, dan pada waktu yang sudah ditentukan, kami bersiap-siap untuk dijemput Haneefa menuju rumahnya.

Kami dijemput pukul 10.30, Haneefa bersama abangnya menjemput kami di hotel. Sebelumnya, karena ada acara syukuran, yang berarti ada sesi baca doa bersama, maka kami pun menyesuaikan dan menggunakan baju muslim. Saya pun membuka kelas tutorial jilbab dadakan untuk Mba Datu :)
Ini dia :)
Ketika kami sampai di rumah Haneefa, semua sudah siap untuk memulai pembacaan do'a. Kami langsung menyesuaikan, mengikuti jalannya acara. Setelah pembacaan do'a, sama seperti di Indonesia, hadirin yang diundang dipersilahkan untuk menyantap makanan yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Kami lumayan lama berada di rumah Haneefa, hingga undangan pulang pun, kami masih disana hehe. Kami terlibat obrolan ringan dengan keluarga Haneefa, dengan Ayah Ibunya serta beberapa kakak Hannefa. Ada satu lagi yang kami temui di Rumah Hannefa, yaitu ponakannya yang berumur sekitar 3 tahun, Rayyen. Ngobrol sama bocah ini berasa lagi nonton Upin Ipin haha
Bersama Haneefa (berjilbab ungu, tengah) di tengah acara syukuran di rumahnya :)
Rayyen, Upin Ipin hehe

Dari obrolan itu, akhirnya kami diajak untuk berkeliling ke beberapa tempat di Putrajaya, tapi karena hari masih terik, kami disuruh istirahat sebentar, selepas ashar mendekati maghrib kami baru berangkat menuju Putrajaya. Saya kesana bersama mba Datu, Haneefa, Mimi (senior Haneefa yang juga diundang di syukuran), abang sulung Haneefa dan si kecil Rayyen.

Selama perjalanan, kami dijelaskan banyak hal oleh abang haneefa. Kami diajak untuk melihat Kantor Perdana Menteri Malaysia dan Masjid Putra (semacam masjid raya/masjid agung di Putrajaya) yang letaknya berdekatan, Istana Kehakiman, Masjid Besi, Gedung Jabatan Peguam (pengacara), menyaksikan tarian air mancur yang mengikuti irama lagu yang terletak di kawasan Putrajaya Lakeside Marina Putrajaya, dan ke beberapa jembatan terkenal di Putrajaya: Seri Gemiland Bridge, Seri Saujana Bridge, dan Putrajaya International Convention Centre :)

Big Thanks for Haneefa and Her Family, that was an awesome moment :).

Foto berlatar Gedung Pejabat Perdana Menteri Malaysia
Bersama Haneefa dan Mimi, masih berlatar gedung perdana menteri

Dari kiri: Haneefa, abang Haneefa, Mba Datu, Rayyen dan Indri di depan Istana Kehakiman



Bersama Haneefa di kawasan Marina Putrajaya

berlatar air mancur "yang menari", Marina Putrajaya




nice :)





Di Seri Gemilang Bridge





Minggu, 05 Oktober 2014

Gema Takbir di Pagi Raya

Happy Ied Mubarak...
Selamat merayakan hari raya idul adha 1435 H

Hari raya tahun ini saya lewati di tempat yang jauh dari keluarga di Sulawesi Utara dan teman-teman di Malang. Perayaan hari raya disini tidak sesemarak di Indonesia, khususnya di tempat yang pernah saya datangi di hari raya.

Rombongan dari FH UB sholat ied di Surau Asy-Syakirin, tidak jauh dari penginapan kami. Disini, sholat ied dimulai pada pukul 8. Khotbah yang disampaikan masih dapat saya cerna, karena disampaikan dengan bahasa melayu yang hampir sama kosakatanya dengan Bahasa Indonesia :)\

Setelah sholat ied, kami makan di rumah makan depan hotel. Alhamdulillah di hari raya ini rumah makannya tetap buka. Pagi ini saya makan dengan menu: nasi, telor balado, dan acar timun ditemani segelas es teh tarik :)

....

Beberapa tahun yang lalu ketika malam takbiran di Insan Cendekia, teman-teman seangkatan saya di GALAX13 pernah membawakan sebuah lagu dari Raihan tentang hari raya seorang perantau, haha. Entah kenapa tadi saya teringat dengan penggalan lirik dari lagu tersebut dan ternyata lumayan pas dengan kondisi saya saat ini. Mungkin agak melankolis tapi ini saya kutipkan keseluruhan lirik dari Raihan-Satu Pagi di Hari Raya. Check this out :)

Satu pagi di hari raya
Aku sujud memuji Mu
Satu pagi di hari raya
Aku sujud membesarkan Mu

Ku melafazkan takbir
Penuh rasa kehambaan
Ku melafazkan tahmid
Penuh rasa kesyukuran

Gema takbir di pagi raya
Ku teringat kampung halaman
Aku di perantauan
Tak berdaya menahan sebak

Gema takbir di pagi raya
Ku rindukan ibu di sana
Keluarga sanak saudara
Hanya doa kukirim

Marilah di hari raya
Kita semua bermaafan
Lupakan persengketaan
Eratkan persaudaraan
Harmoni di hari raya

Sabtu, 04 Oktober 2014

Kita Hanya Pejalan Kaki

Kita hanya pejalan kaki,
yang terkadang dalam perjalanannya terpeleset jatuh
bingung, bagaimana cara mencari jalan lain yang kering, agar tak jatuh terpeleset lagi...

Kita hanya pejalan kaki,
yang sering terantuk batu
bingung, bagaimana menyingkirkan bebatuan, agar tak terantuk lagi

Kita hanya pejalan kaki,
yang pernah salah memilih alas kaki
dari jauh saja indah, cocok di kaki,
tapi ternyata setelah dipakai, malah kontras dengan kaki
ternyata baru dipakai, sudah robek sana sini, rusak, tak bisa dipakai lagi

Kita hanya pejalan kaki,
yang dihadapkan pada banyak arah di depan persimpangan
ragu mau mengambil jalan yang mana
khawatir tersesat, tetapi menyimpan harap jalan itu bermuara pada padang ilalang yang menentramkan

Kita hanya pejalan kaki,
yang saling bertemu dengan berpasang-pasang kaki yang juga tengah mencari jalan


Karena kita hanya pejalan kaki,
yang dalam jalannya merasakan jalan yang hangatnya berlebihan karena terik matahari,
yang dalam jalannya bertemu kubangan seusai hujan
yang dalam jalannya menemui tanjakan dan harus bersusah payah mendaki
yang dalam jalannya harus berbasah kuyup karena tak sempat berteduh
yang dalam jalannya, selalu meninggalkan jejak yang jelas, samar, atau tak nampak sama sekali
yang dalam jalannya terus menerka-nerka, apakah jalan yang ditempuh sudah benar arahnya :)




Jumat, 03 Oktober 2014

Trip to Malaysia, Part 1

Setelah persiapan kurang dari 3 minggu, akhirnya 28 September 2014, saya dan rombongan dari FH UB bertolak ke Malaysia melalui Bandara Internasional Juanda. Karena harus melaporkan progress selama setengah tahun kepengurusan FKPH, saya ke bandara tidak bersama rombongan dari FH.

Sesampainya di bandara juanda, saya sudah ditunggu oleh semua rombongan yang sudah tiba duluan. Saya mulai merasakan hal yang menarik disini, semua rombongan membawa tas koper yang besar dengan satu ransel yang mudah untuk dibawa kemana-mana, sedangkan saya, datang dengan satu koper kecil (pinjaman) dan satu tas gunung (pinjaman juga haha) yang sulit untuk dibawa kesana kemari. Tak cukup sampai disitu, bisa-bisanya saya lupa untuk membeli gembok untuk tas saya padahl kedua tas ini akan saya letakkan di bagasi pesawat. Akhirnya salah satu dosen menganjurkan saya untuk me-wrap tas yang disediakan oleh bandara (bayar tentunya). Dari sini saya berpikir, saya tidak akan cukup hemat selama perjalanan di Malaysia kalo di Indonesia saja saya sudah mengeluarkan uang untuk hal yang sebenarnya tidak terlalu perlu. Para pengantar-pengantar saya (yang tidak disebutkan namanya haha) geleng-geleng, entah bingung atau menggerutu melihat saya dengan mudahnya menggunakan fasilitas wrapping itu. Karena sesuai petuah "ketua pengantar" (beda tipis sama kata pengantar) saya ke bandara, saya tidak boleh boros :).

Hampir lupa saya ceritakan, mungkin selain bawaan yang berbeda dilihat dari bentuk tasnya, bawaan saya mungkin jauh lebih bervariasi isinya. Saya dibekali hampir dengan sembako (untungnya ini tak sampai bawa beras, minyak, dll), kurang lebih miriplah. Isi tas saya selain baju, ada bekal makanan seperti gula, teh, susu, abon, selai, dan beberapa bungkus mie instan. Tapi dengan bekal yang saya bawa ini, saya bisa menghemat beberapa ringgit selama hampir seminggu saya di negeri upin ipin ini.

Rombongan yang berangkat dari Surabaya pukul 18.45, tiba di Kuala Lumpur sekitar pukul 22.00. Saya tidak begitu memperhatikan pukul berapa tepatnya. Terlalu sibuk dengan bawaan dan berpikir cara mengabari keluarga kalo saya sudah tiba dengan selamat. Setelah semua barang telah kami ambil dari bagasi dan telah selesai pula menyewa satu bus mini, kami mampir di minimarket di Bandara, dan saya berhasil mengeluarkan uang ringgit pertama saya sebesar RM5 hanya untuk sebotol es teh. Pengeluaran yang sampai sekarang agak disesali haha. Saya sempat menyimpan botolnya, tapi belum sempat saya foto botolnya sudah diselamatkan oleh petugas yang membersihkan kamar penginapan.

29 September 2014
Kami tiba di penginapan di kompleks Hentian Kajang sekitar pukul 00.30, setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan dan sopir yang cukup ekstrim dalam mengemudi. Sempat pula kami salah jalan karena ternyata sang sopir juga tak tahu persis posisi dari hotel yang akan kami tinggali.

Setelah mengurus administrasi untuk menyewa kamar selama sebulan, kami pun beristirahat dan bertemu lagi pukul 8 pagi. Waktu di Malaysia sama dengan WITA. Bedanya, waktu sholat di Malaysia lebih lama satu jam daripada waktu sholat di WITA.

Pukul 8 kami sudah sarapan di kedai di depan hotel. Kami yang saat itu masih mengira-ngira harga makanan, khawatir rasanya tidak cocok di lidah, ditambah dengan lapar yang tidak terlalu terasa memutuskan untuk membeli satu porsi nasi goreng dan satu porsi mie goreng untuk 3 orang (saya, mba datu dan bu nurini). Setelah itu kami bersiap menuju bagian belakang dari hotel kami yaitu, Hentian Kajang (hentian: semacam terminal). Hendak bertanya akses menuju Fakulti Undang-Undang UKM (FUU UKM) pada warga yang memarkir sejenak keretanya (baca: mobilnya), ternyata kami ditawari tumpangan hingga ke FUU UKM. Sesampainya di FUU UKM, kami menunggu sejenak beberapa pengelola lembaga FUU UKM, kami disambut dengan baik di sebuah ruangan bernama "Bilik Mesyuarat" oleh beberapa pensyarah (baca: dosen). Setelah pertemuan singkat dengan beberapa pensyarah tersebut, kami diajak berkeliling untuk melihat lingkungan Fakulti Undang-Undang. Salah satu tempat yang meninggalkan kesan tersendiri bagi saya di hari pertama adalah perpustakaan fakulti nya. Berbeda dengan di fakultas saya, selama proses mengajar berlangsung, sedikit sekali mahasiswa yang lalu lalang di sekitar lingkungan kampus. Semua menunggu waktu kuliah dengan mengunjungi perpustakaan. Disini kami juga disambut oleh pengelola perpustakaan dan diberikan majalah koleksi perpustakaan :).

Selesai pusing-pusing (muter-muter), kami menuju surau untuk sholat berjamaah, untuk selanjutnya menunggu waktu lecturer pertama yang akan kami ikuti di FUU UKM. Oleh salah satu pensyarah pengajar kelas master, kami dipersilahkan untuk mengikuti kelas master dengan subjek "legal research method". Saya menerima beberapa informasi disini yang mungkin berkaitan dan bisa saya bagikan kepada teman teman khususnya di FKPH terkait kepenulisan ilmiah. Peserta kelas ini hanya 6 orang sehingga memudahkan pensyarah untuk berinteraksi secara lebih personal kepada masing masing mahasiswa. 

Kegiatan hari pertama berakhir sekitar pukul 16.00. Kami kembali ke hotel dengan bus yang beroperasi di dalam kampus, yaitu bus UKM Zon 3U, dilanjutkan dengan bus RapidKL menuju Hentian Kajang.

Cerita selama saya berada di Malaysia sedikit akan saya bagikan melalui blog ini, saya berharap waktu satu bulan di negeri ini bisa saya manfaatkan untuk menjelajah mengetahui hal hal baru dan belajar darinya. (Postingan ini belum ada fotonya, karena memang di hari pertama, fotonya masih sedikit hehe)

Selasa, 30 September 2014

Tuliskan targetmu, dan cobalah wujudkan :)

Setelah sejak awal tahun tidak pernah menyumbang satu postingan pun di blog ini, akhirnya saya memberanikan diri untuk kembali berbagi cerita. Bingung harus memulainya darimana :)

Di semester keempat saya di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, saya mulai menulis target-target saya. Meski tidak ditempelkan, tetapi saat itu saya sudah mulai berani untuk menuliskan hal-hal yang ingin saya capai dalam waktu-waktu tertentu. Beberapa dari target yang saya tuliskan, Alhamdulillah wa Innalillah, dapat saya realisasikan sesuai waktu yang ditetapkan, bahkan lebih cepat dari target saya.


Saya pernah menuliskan salah satu target yang harus saya capai di semester 4, yaitu "menang kompetisi karya tulis minimal satu kali". Sebuah target yang bisa dibilang "cari aman" dan tidak mau ambil resiko dengan menyebutkan secara pasti jumlah kemenangan yang harus dicapai :D. Alhamdulillah Allah memperkenankan saya untuk mendapatkan peringkat di lebih dari 1 kompetisi karya tulis (lebih tepatnya dua kali haha), yaitu Juara II Dinar Tazkia dan Kompetisi Essay DSM FH UB. 

Selanjutnya, di semester 5 saya menuliskan sebuah target untuk belajar Bahasa Inggris entah secara mandiri atau mengikuti kursus agar dapat mengikuti kegiatan sejenis student exchange ke luar Indonesia yang saya targetkan akan saya lakukan di semester 6. Inilah salah satu target saya, yang oleh Allah diberikan kesempatan lebih cepat direalisasikan daripada target saya. Di usia tempuh pendidikan saya yang memasuki semester ke-5 ini, Allah memperkenankan dan membuka jalan bagi saya untuk menimba ilmu di luar Indonesia. Di minggu ketiga semester ganjil ini, saya bersama beberapa orang (dosen dan mahasiswa FH UB) mengunjungi kota Kajang, Selangor, Malaysia dalam sebuah kegiatan student exchange selama kurang lebih 1 bulan.

Ada banyak cerita yang mengawali cerita saya yang satu ini. Bermula dari kepulangan saya yang telat sekitar 10 hari dari libur resmi semester genap, saya melihat sebuah pengumuman seleksi student exchange di mading fakultas yang deadline pengumpulan persyaratannya juga masih dalam masa liburan semester genap. Apabila saya memutuskan untuk mengikuti seleksi, itu artinya saya harus mengorbankan masa liburan saya selama beberapa hari di rumah untuk kembali ke Malang dan mempersiapkan semua persyaratan. Akhirnya, saya menyampaikan niat saya untuk ikut seleksi kepada keluarga saya. Keluarga terutama Mama akhirnya mengizinkan saya untuk pulang lebih awal ke Malang meski liburan belum berakhir agar saya bisa memenuhi semua persyaratan seleksi.

Persyaratan seleksinya adalah membuat paper dalam bahasa Inggris dan memenuhi standar minimal TOEFL. Semua persyaratan tersebut harus segera dikumpulkan pada 22 Agustus 2014. Saat hari H pengumpulan saya diburu waktu untuk menyelesaikan paper persyaratan dengan berbekal skol toefl 483. Ternyata di halaman website resmi Fakultas Hukum, sudah diumumkan pengunduran deadline persyaratan menjadi tanggal 5 September 2014. Kemudian pengumpulan persyaratan administrasi ini diundur lagi menjadi tanggal 12 September 2014.

Akhirnya, setelah dinyatakan lolos seleksi berkas administrasi, saya bersama 5 orang mahasiswa FH UB mengikuti seleksi wawancara untuk memilih 3 mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan di Fakulti Undang Undang Universiti Kebangsaan Malaysia. Seleksi dilaksanakan pada 16 September 2014. Sehari setelahnya, 17 September 2014 malam, diumumkan mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti kegiatan tersebut, dan Alhamdulillah saya termasuk di dalamnya :).

Teringat perkataan salah satu adik tingkat FH UB ketika ia mengisi materi di sebuah acara di FH (sebut saja Kristiyanto hehe, kris harus bayar ongkos posting nama di blog saya). Kata-katanya kurang lebih adalah "pasanglah target setinggi langit, karena ketika kau jatuh, kau akan jatuh diantara bintang-bintang". Sebuah ungkapan yang memotivasi saya untuk selalu menetapkan target yang di atas rata-rata sembari terus berusaha mewujudkannya serta terus belajar dalam setiap proses menujunya :). Setelah ini, saya akan kembali berbagi cerita tentang pengalaman saya mengikuti kegiatan selama kurang lebih satu bulan di Kota Kajang, Selangor Dahrul Ehsan, Malaysia. 

Selasa, 28 Januari 2014

Sintesa Dinamika Hijrah Jilid 1

Mungkin tak seindah dan tak semenakjubkan hijrah Rasulullah, yang menyejarah dan selalu bisa dipetik begitu banyak hikmah darinya. Tak sebegitu hebat dan membawa manfaat bagi umat seperti hijrahnya Rasulullah yang membawa angin segar bagi dakwah beliau dan mencipta ukhuwah yang begitu indah antara muhajirin dan anshar. Tetapi, selalu yakin, bahwa setiap hijrah pasti membawa suatu hal baru yang lebih baik dari tempat yang lama. Bawa serta kebaikan di tempat lama, kombinasikan dengan suasana di tempat baru. Hal yang kurang baik di tempat lama, biarlah disana dan tetap jadi pembelajaran.

Hijrah, bisa dengan bebas diartikan sebagai suatu perpindahan. Perpindahan, dari sesuatu yang lama kepada sesuatu yang baru. Entah itu tempat, kebiasaan, penampilan, dan apa saja yang disana bisa tampak sebuah perubahan khas hijrah. Dalam setiap momen hijrah tersimpan harapan akan sesuatu yang lebih baik di tempat atau keadaan yang baru. Alasan hijrah pun bermacam-macam, ada yang karena ingin mencari suasana baru, ada yang terpaksa pindah, ada yang karena sebuah keharusan pekerjaan yang menyebabkan seseorang harus berpindah tempat, dan lain-lain. seperti halnya ini 


          Senang dengan ayat ini dan semoga Allah menjadi tujuan utama dari segala hijrah ini :D
gambar diambil dari http://s435.photobucket.com/user/Barbarian82/media/Hijrah.jpg.html

Dalam hidup saya, saya juga sudah mengalami berkali-kali hijrah, yang hampir kesemuanya itu adalah hijrah tempat. Dari kota ke kota, dari rumah ke rumah. Lebih banyak karena ikut orangtua yang harus pindah mengikuti daerah tugasnya. Banyak hal yang harus dilakukan ketika hijrah itu, mengemasi barang masuk ke kardus, diangkut ke tempat yang baru, mengeluarkan barang-barang dari kardus, menatanya agar semua bisa masuk dan tertata rapi di rumah yang baru, dan satu hal lagi, beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Orangtua saya sering pindah tempat tinggal sejak saya masih kecil, sampai saya akan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi pun, orangtua saya masih sempat hijrah. Dari kesemua hijrah tempat yang saya alami bersama orangtua saya, ada 3 kali hijrah yang sangat membekas dan punya kenangan tersendiri untuk saya, termasuk di dalamnya adalah hijrah terakhir setelah Papa saya berpulang.
Ada satu hijrah yang saya alami bukan dalam hal tempat, yaitu keputusan saya untuk berhijab saat kelas 2 SMP. Dan hijrah ini merupakan salah satu hijrah terbesar saya, di dalamnya saya terus berproses dari hijab yang sekadarnya di masa SMP, pencerahan dan pembinaan di SMA hingga saya perlahan mengerti lebih jauh tentang urgensi menutup aurat ini, hingga sekarang saya terus mencoba istiqomah dan menyempurnakan sebagaimana yang dianjurkan dan diatur Al-quran dan sunnah. Semoga setiap orang yang sedang mengalami tahap hijrah ini semakin dikuatkan pundaknya dan semakin diteguhkan untuk senantiasa istiqomah. Hingga kini, proses hijrah ini menjadi salah satu hal paling saya khawatirkan, semoga saja Allah selalu meridhoi langkah hijrah saya dan muslimah lainnya. Amin
Kembali lagi ke hijrah tempat, tepat pada tanggal 1 Januari 2014, sebagai mahasiswi perantauan di Kota Malang, saya melakukan pindahan tempat tinggal dari perumahan Griya Shanta Soekarno Hatta ke sebuah kontrakan di daerah MT Haryono. Tidak jauh beda dengan hijrah sebelumnya, yang harus mengemasi barang, memindahkan, dan membongkar barang kembali untuk ditata di tempat yang baru, semua hal itu juga saya lakukan dalam hijrah ini. Yang membuatnya berbeda adalah, saya melakukan hijrah tidak bersama keluarga saya, mengemasi barang-barang saya sendiri, dan saya hijrah ke tempat yang tidak lebih luas dari kamar pada umumnya haha. Agak kesulitan untuk memindahkan barang-barang menuju kamar yang terletak di atas dengan akses tangga yang tidak luas juga (baca: sempit dan kecil). Tetapi walaupun begitu, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya, bisa menata barang-barang saya di sebuah kamar mungil sesuai dengan selera saya sendiri karena sekarang saya punya kamar sendiri :D. Hijrah kali ini saya kembali belajar banyak hal, belajar beradaptasi kembali dengan keluarga baru yang berasal dari daerah yang berbeda-beda, belajar untuk tetap menjaga kerapian kamar mungil saya, belajar untuk terbiasa mengeluarkan energi untuk naik turun tangga, dan belajar untuk menerima cibiran dari teman-teman saya karena kurang luasnya kamar saya ini haha. Di tempat yang baru ini, tempat yang belum genap sebulan saya tempati saya sudah mengalami beberapa hal. Saya menjalani Ujian Akhir semester 3 di tempat yang baru ini, dan pertama kalinya merasakan di opname di rumah sakit setelah hijrah ke tempat ini. Meskipun sering dihubung-hubungkan dengan kondisi tempat tinggal yang tidak kondusif, saya percaya saya akan menemukan dan mengalami banyak hal baru dari tempat ini :D

Seperti hijrah-hijrah lainnya, selalu ada harapan untuk menemukan suatu hal yang lebih baik dari tempat yang lama. Tempat baru, dimana kita hijrah, akan menjadi tempat kita untuk selalu pulang menghabiskan waktu untuk beberapa aktivitas disana, tempat kita untuk selalu pulang mengistirahatkan diri dari kepenatan aktivitas diluar rumah. Karena ia, tempat baru kita untuk selalu pulang :D.